Tag Archives: flores

Overland Flores dari Labuan Bajo hingga Larantuka

Menjelajahi Pulau Flores melalui jalur darat dapat menjadi cara yang asik dan seru untuk menikmati keindahan pulau ini. Kita melakukan perjalanan ini dengan menaiki motor yang dibawa dari Jogja sehingga tidak perlu lagi menyewa motor. Sangat penting memastikan kondisi motor dalam keadaan baik karena jalan di Flores naik ke perbukitan kemudian turun ke pesisir berulang seperti itu. Beberapa titik jalan juga tidak selalu mulus.

Rute dan Destinasi Wisata Overland Flores

Rute keberangkatan yang kita tempuh ketika overland Flores

  1. Labuan Bajo
    Motoran keliling Labuan Bajo bisa jadi kegiatan yang menarik untuk dilakukan di sini. Kita dapat singgah ke pantai-pantai berpasir putih dan bukit-bukit hijau yang ditumbuhi ilalang saat musim penghujan diantaranya Pantai Pede, Pantai Klumpang, Pantai Waecicu, Bukit Sylvia, Bukit Amelia, dan Bukit Cinta.  

  2. Ruteng
    Air Terjun RanameseKota yang dijuluki Kota Seribu Biara/Kota Seribu Gereja ini terletak pada ketinggian 1.188 meter sehingga memiliki udara yang sejuk dan dingin. Pada saat musim tanam, di Ruteng dapat terlihat keindahan sawah-sawah yang hijau. Terdapat salah satu sawah yang unik memiliki bentuk seperti sarang laba-laba bila dilihat dari atas perbukitan. Sawah tersebut dikenal dengan nama Spider Web Rice Fields.
    Wisata alamnya pun tidak kalah menarik, ada Taman Wisata Alam Ranamese. Di dalam taman ini terdapat air terjun dan danau yang indah.
    Ruteng juga kaya akan budaya. Hal ini dapat kita lihat dengan adanya desa-desa adat yang masih ada dan dapat disinggahi seperti Ruteng Pu’u.

  3. Bajawa
    Sama seperti Ruteng, Bajawa yang berada di kaki Gunung Inerie juga memiliki udara yang sejuk dan dingin. Bajawa dikenal sebagai penghasil kopi. Kita pun nggak mau ketinggalan untuk berburu kopi asli Bajawa. Dibantu oleh mas sekitar Kristian Homestay, kita bisa mendapatkan green bean. Setelah mendapatkan kopi, kita lanjut menengok desa adat yang sudah ada sejak jaman megalitikum yaitu Kampung Bena. Sayangnya karena pandemi, desa adat tersebut ditutup untuk kunjungan.

  4. Riung
    Pulau TigaSetelah dari daerah dingin, kita berpindah ke daerah pesisir di 17 Pulau Riung yang menawarkan keindahan pulau-pulau tak berpenghuni diantaranya Pulau Tiga, Pulau Rutong, Pulau Kalong, dan Pulau Ontoloe. Menariknya lagi di Pulau Ontoloe juga terdapat komodo berwarna.

  5. Ende
    Ende memiliki dataran rendah berupa pesisir dan dataran tinggi berupa pegunungan. Destinasi wisata yang populer di Ende adalah Danau Tiga Warna. Danau yang dikenal juga dengan nama Danau Kelimutu memiliki 3 kawah dengan 3 warna yaitu biru, merah, dan hitam. Saat kita kesana, kawah yang biasanya memiliki warna merah justru berwarna biru. Perubahan warna kawah tersebut wajar terjadi karena adanya aktivitas vulkanik.

  6. Maumere
    Maumere adalah ibukota Kabupaten Sikka. Di Sikka, kita dapat melihat pantai berpasir putih yang indah dengan 2 lengkungan bibir pantai. Pantai tersebut dikenal dengan nama Pantai Koka.

  7. Larantuka
    Saat itu kita sampai di Larantuka sudah malam, kemudian keesokan harinya lanjut menyeberang ke Pulau Adonara. Di pulau tersebut terdapat pantai berpasir putih yang dihiasi batuan karang berwarna hitam bernama Pantai Watutena.

Dari Larantuka kita kembali ke Labuan Bajo dengan rute berhenti di Ende – Ruteng. Dalam perjalanan ini, kita mampir ke beberapa tempat yaitu

  • Pantai Penggajawa di Ende yaitu pantai dengan keunikan dipenuhi oleh batu berwarna biru dan hijau pada bagian bibir pantainya.
  • Dari Ruteng, kita lanjut ke Desa Adat Todo dan Wae Rebo. Dalam perjalananan ke Wae Rebo kita akan menemukan desa pesisir yang indah dengan pemandangan pantai yang berhadapan Pulau Mules. Desa pesisir ini ditinggali oleh umat muslim dan dapat dijumpai pembuatan kapal.
  • Kembali ke Labuan Bajo melalui jalur Nangalili – Lembor. Jalan pulang dari Wae Rebo ke Labuan Bajo ini sangat menantang dan berkesan karena banyak jalan yang aspalnya sudah hilang tinggal bebatuan dan beberapa kali harus melewati jembatan patah yang dialiri air sungai.

Budget Overland Flores

Berapa sih budget yang perlu dipersiapkan untuk motoran keliling Flores? Kira-kira segini kisarannya!

Kegiatan Waktu Item Pengeluaran Biaya Catatan
Explore Labuan Bajo 1 hari Explore Labuan Bajo (Sunrise, Bukit Lontar, Pantai Pede)   free, modal bensin aja
    Gua Rangko (Tarif sewa kapal Rp 100.000 /orang dan tiket masuk Rp 20.000 /orang) 120.000 tarif sewa kapal ketika penumpang hanya 4 orang
    Penginapan di Labuan Bajo (Teuz B&B) 180.000 per kamar 1 malam
    Makan di Labuan Bajo 70.000 2x makan per orang
         
Perjalanan Labuan Bajo – Ruteng 1 hari BBM 50.000  
    Tiket masuk Spider Web Rice Field 30.000  
    Makan siang dan malam di Ruteng 70.000 2x makan per orang
    Penginapan di Ruteng (Sky Terrace Hotel) 550.000  
    Sumbangan Ruteng Puu 50.000  
         
Perjalanan Ruteng – Bajawa 1 hari BBM 30.000  
    Taman Wisata Alam Ranamese 10.000  
    Makan 100.000 2x makan per orang
    Penginapan di Bajawa (Kristian Homestay) 200.000  
         
Explore Bajawa 1 hari Penginapan di Bajawa (Kristian Homestay) 200.000  
    Kopi 3 kg 300.000 green bean
    Makan 100.000 2x makan per orang
    BBM 50.000  
         
Perjalanan Bajawa – 17 Pulau Riung 1 hari Penginapan di Riung (Shangrilla Lodge) 250.000  
    BBM 35.000  
         
Explore Riung setengah hari 1 hari Sewa kapal wisata dan alat snorkling di Riung 450.000  
Perjalanan 17 Pulau Riung – Moni   Penginapan di Moni 230.000  
    Makan 100.000 2x makan per orang
         
Sunrise Danau Kelimutu 1 hari Tiket masuk Danau Tiga Warna 10.000  
Perjalanan Moni – Maumere   Retribusi masuk dan parkir di Pantai Koka 15.000  
    BBM 50.000  
    Makan 100.000 2x makan per orang
    Penginapan di Maumere (Sylvia Resort & Hotel) 381.000  
         
Perjalanan Maumere – Larantuka 1 hari BBM 50.000  
    Makan 100.000 2x makan per orang
    Penginapan di Larantuka (ASA Hotel & Restaurant) 484.000  
         
Perjalanan Larantuka – Adonara kembali ke Larantuka
1 hari Penginapan di Larantuka – ASA Hotel & Restaurant 484.000  
  BBM 70.000  
    Penyeberangan Larantuka – Adonara 25.000  
    Penyeberangan Adonara – Larantuka 25.000  
    Makan 100.000 2x makan per orang
         
Perjalanan Larantuka – Ende 1 hari BBM 70.000  
    Makan 100.000 2x makan per orang
    Penginapan di Ende (LCR Hotel) 425.000  
         
Perjalanan Ende – Ruteng 1 hari BBM 35.000  
    Makan 100.000 2x makan per orang
    Penginapan di Ruteng 210.000  
         
Perjalanan Ruteng – Desa Dintor 1 hari BBM 35.000  
    Tiket Kampung Todo 45.000  
    Sumbangan Kampung Todo 100.000 sukarela
    Penginapan di Dintor – Wae Rebo Lodge (2 kali makan/hari) 200.000 per orang
    Air mineral 15.000  
         
Perjalanan ke Wae Rebo 1 hari Sumbangan Wae Rebo 50.000  
    Porter Wae Rebo 200.000  
    Ojek 100.000  
    1 Malam di Wae Rebo 325.000  
         
Kembali ke Desa Dintor 1 hari Air Mineral 10.000  
    Penginapan Dintor – Wae Rebo Lodge (2 kali makan/hari) 200.000 per orang
         
Perjalanan Desa Dintor – Labuan Bajo 1 hari BBM 60.000  
    Penginapan di Labuan Bajo 180.000  
    Makan 100.000 2x makan per orang
         
Life On Board – Sailing Komodo 3 hari Open Trip Sailing Komodo 2.500.000 hanya ada saat weekend
    Penginapan di Labuan Bajo 180.000  
  18 hari   10.309.000  

Note: Bisa lebih murah kalau pergi berdua dan patungan ketika sewa hotel/kapal/biaya BBM.

Setelah kembali di Labuan Bajo, kita melanjutkan untuk Life on Board ikut open trip Sailing Komodo kemudian menyeberang ke Sumbawa.

Gua Rangko: Gua Berkolam Biru Jernih di Labuan Bajo

Gua Rangko merupakan destinasi wisata yang sangat populer di Labuan Bajo. 

Untuk menuju gua yang memiliki air asin berwarna biru jernih ini, pengunjung dapat menyewa perahu di Desa Rangko dengan tarif Rp 300.000,- hingga Rp 400.000,- per kapal yang dapat mengangkut 10 orang dalam sekali jalan. Semakin banyak penumpang maka tarif penyeberangan akan semakin murah. Dalam perjalanan yang kita lakukan saat itu, penyeberangan ke Gua Rangko hanya ada 4 penumpang sehingga per orang dikenakan tarif Rp 100.000,-.

Untuk menuju Desa Rangko dari kota Labuan Bajo dapat dilakukan dengan menyewa kendaraan karena tidak ada angkutan umum. Waktu tempuh sekitar 30 menit.

Penyeberangan dari Desa Rangko menuju Gua Rangko membutuhkan waktu sekitar 15-30 menit tergantung kondisi gelombang. Saat air laut tenang maka penyeberangan akan lebih cepat.

Sesampainya di Dermaga Gua Rangko, pengunjung dapat menikmati keindahan perairan sekitar. Tak jarang terlihat burung elang beterbangan. Sungguh pemandangan yang jarang kita temui ketika tinggal di kota.

Untuk masuk ke Gua Rangko pengunjung akan diminta untuk mengisi buku tamu dan membayar biaya retribusi sebesar Rp 20.000,- per orang. Letak loket masuk berada di atas dermaga. Selanjutnya untuk sampai ke Gua Rangko, kita masih harus trekking sekitar 15 menit menyusuri jalan setapak berbatu karang. Alangkah baiknya bila ke sini, memakai sepatu dan membawa baju ganti serta sandal.

Tiba di mulut Gua Rangko, kita sudah dapat melihat keindahannya yang dipenuhi oleh stalaktit pada bagian atas dan pada bagian bawah terdapat kolam biru yang jernih. Untuk masuk ke dalam gua hanya perlu menuruni beberapa anak tangga.

Waktu yang tepat untuk berkunjung ke Gua Rangko adalah siang hari sekitar pukul 13.00 – 15.00, dimana sinar matahari masuk menyinari dalam gua sehingga air akan terlihat sangat biru. Air di gua terasa dingin, sangat menyegarkan untuk berenang setelah trekking dari pantai menuju gua. Untuk menambah kenyamanan ketika berenang di dalam gua, bisa membawa kacamata renang atau alat snorkling karena di sini tidak terdapat jasa penyewaan alat tersebut.

Puas menikmati keindahan gua, sebelum kembali menyeberang ke kota Labuan Bajo, kita bisa beristirahat sejenak di tepi pantai sambil menyantap bekal bawaan. Bila beruntung dalam perjalanan pulang, pengunjung juga akan diajak mampir ke pasir timbul yang hanya muncul pada saat air laut sedang surut.

Destinasi dan Budget Wisata di Labuan Bajo

Labuan Bajo merupakan salah satu surga yang ada di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Keindahan kota yang memiliki julukan kota seribu matahari terbenam ini dapat kita lihat baik di darat maupun lautnya. Tidak heran bila banyak kapal pesiar dari penjuru dunia singgah ke tempat ini. Ada apa saja dan tempat mana yang bisa dikunjungi di Labuan Bajo? Berikut daftar destinasi wisata di Labuan Bajo:

  1. Pantai Pede
    Pantai berpasir putih dengan air yang jernih ini menawarkan spot untuk melihat indahnya matahari tenggelam khas Labuan Bajo. Di Pantai Pede, kalian juga dapat melihat kapal nelayan yang bersandar.

  2. Pantai Klumpang
    Pantai ini biasanya ramai oleh wisatawan lokal pada saat hari libur. Pada hari biasa, pantai ini menjadi tempat untuk berolahraga pada pagi hari dan tempat bakar-bakar ikan pada sore hari. Sesekali pengunjung juga dapat menyaksikan 

  3. Bukit Sylvia
    Bukit Sylvia adalah bukit paling populer di Labuan Bajo yang menjadi spot untuk melihat keindahan matahari terbit maupun tenggelam. Bukit ini merupakan tanah kosong yang pemiliknya bernama Sylvia.

  4. Amelia Sea View

    Amelia Sea View atau yang dikenal juga dengan nama Bukit Amelia terletak bersebelahan dengan Bukit Sylvia. Sama seperti bukit tetangga, tempat ini juga menjadi spot untuk menyaksikan sunrise maupun sunset yang indah di Labuan Bajo. Pembeda antara kedua bukit ini adalah Bukit Sylvia berada lebih tinggi sehingga perlu sedikit mendaki untuk sampai di atas bukit.

  5. Bukit Lontar

    Dapat menjadi tujuan bagi kalian yang hobi fotografi karena di Bukit Lontar banyak titik-titik eksotis yang menarik untuk diabadikan. Tak heran bila bukit ini sering dijadikan tujuan untuk foto prewedding.

  6. Bukit Cinta
    Bukit Cinta berada tak jauh dari Bukit Sylvia ataupun Amelia Sea View. Tempat ini juga menjadi spot favorit untuk menikmati suasana matahari tenggelam di Labuan Bajo. Memerlukan sedikit usaha untuk naik dan turun bukit ini karena agak curam dan tinggi.

  7. Gua Rangko

    Gua ini terkenal dengan kolam air alami di dalamnya yang berwarna biru. Airnya memiliki rasa asin. Untuk sampai ke Gua Rangko, wisatawan perlu menyewa perahu di Desa Rangko dengan tarif Rp 400.000 per perahu, semakin banyak penumpang akan semakin murah. Setelah sampai di Dermaga Gua Rangko, kita perlu membayar tiket masuk Rp 20.000,- per orang dan lanjut trekking dengan waktu sekitar 10 menit.

  8. Sailing Komodo
    Selain memiliki beragam warna keindahan sunset, Labuan Bajo juga menjadi The Gate to Komodo atau pintu gerbang menuju komodo. Untuk dapat melihat komodo, wisatawan harus menuju tempat tinggal komodo di Pulau Komodo/Pulau Padar/Pulau Rinca dengan menyewa kapal atau mengikuti open trip yang ditawarkan oleh agen wisata mulai dari harga Rp 1.300.000,-. Dalam trip ini, kita tidak hanya diajak untuk bertemu komodo tetapi juga melihat keindahan pulau-pulau di Taman Nasional Komodo seperti Pulau Kanawa, Pulau Kelor, Pulau Kalong, Pulau Siaba, Pink Beach, dan masih banyak lagi lainnya. Untuk selengkapnya mengenai Sailing Komodo dapat dibaca di sini

  9. Goa Batu Cermin
    Kabarnya goa ini dulunya berada di bawah laut dan dapat memantulkan cahaya sehingga terlihat seperti cermin. Sayangnya saat kita berada di Labuan Bajo, Goa Batu Cermin sedang ditutup.

Setelah melihat destinasi wisata yang bisa dikunjungi di Labuan Bajo, apakah kalian tertarik untuk ke sana? Bila saat ini sedang berencana untuk ke sana sambil menabung dan menunggu pandemi COVID-19 berakhir, sudah tau belum berapa budget yang diperlukan? Kita share kisarannya berdasarkan dari pengalaman selama trip di Labuan Bajo.

Note: Destinasi wisata seperti Pantai Pede, Pantai Klumpang, Bukit Sylvia, Bukit Amelia, dan Bukit Lontar tidak dikenakan tiket masuk alias free.

Kalau kalian memiliki banyak waktu, tenaga, dan bekal perjalanan bisa dicoba untuk lanjut Explore Flores. Dari Labuan Bajo lanjut ke Ruteng – Bajawa – RiungEnde – Maumere – Larantuka.

Semoga kalian selalu sehat dan diberkahi oleh Allah.

Sama-sama berdoa ya supaya pandemi segera berakhir.

Open Trip Sail Komodo

Berlibur ke Labuan Bajo tidak lengkap bila belum Sail Komodo mengunjungi pulau-pulau sekitar dan bertemu Komodo. Untuk melakukan hal tersebut terdapat 2 cara yaitu menyewa kapal secara pribadi (private trip) atau ikut open trip yang disediakan oleh agen wisata.

Open trip yang ditawarkan ada one day trip dan bermalam di kapal (3 hari 2 malam). Kita memilih mengikuti open trip 3 hari 2 malam. Open trip hanya tersedia untuk weekend saja. Berangkat Jum’at pagi dan selesai pada Minggu siang.

Biaya open trip 3 hari 2 malam yaitu

  • Kapal dengan kamar mandi dalam
    Kamar sharing Rp 2.500.000,- per orang
    Kamar private Rp 3.500.000,- per orang
  • Kapal dengan kamar mandi diluar
    Kamar sharing Rp 2.250.000,-
    Kamar private 3.250.000,-

Kita memilih kamar sharing dengan kamar mandi dalam, kira-kira begini kondisi kamarnya:

Kamar Sharing

Kekurangan dari kamar ini adalah kamar mandinya kecil/sempit. Agak susah buat ganti di dalam kamar mandi.

Destinasi dalam open trip ini yaitu
Hari 1
Pulau Kanawa

Menawarkan spot snorkling. Di Pulau Kanawa, kita bisa snorkling bersama ikan-ikan. Sebenarnya bisa juga trekking tapi hal tersebut tidak dilakukan dalam trip ini.

Pulau Kelor

Trekking ke puncak pulau. Sampai di puncak, kita bisa melihat pemandangan pulau sekitar dari atas. Jalur trekking termasuk pendek namun sangat curam dan licin.

Kalau tidak ingin trekking, kalian bisa menikmati pantai pulau ini sambil minum kelapa muda. Di Pulau Kelor banyak pedagang menawarkan kelapa muda, pop mie, kopi, dan souvenir. Kelapa muda dibandrol dengan harga Rp 30.000,- per butir.

Saya pun membeli 1 kelapa muda untuk berbuka puasa nanti.

Pulau Kalong
Di Pulau Kalong, kita disuguhi pemandangan kalong beterbangan pukul 18.00 WITA bertepatan saat matahari tenggelam (sunset). Malam sekitar pukul 19.00 juga tampak milky way.

Sepanjang malam pertama trip banyak peserta mengeluhkan kondisi laut yang sangat bergelombang sehingga kapal bergoyang ke kanan dan ke kiri. Di kamar bawah katanya juga berisik suara mesin. Sementara di kamar sharing (lantai atas) suara mesin tidak begitu mengganggu.

Hari 2
Pulau Padar 

Pulau Padar ini sangat populer sebagai tempat untuk berfoto karena memiliki latar yang menawan. Kita mulai trekking di pulau ini sekitar 05.45.

Seharusnya kita bisa menikmati sunrise namun karena tertutup awan apa boleh buat. Kita bisa menikmati pulau yang indah ini dengan tenang.

Di Pulau Padar terdapat komodo namun jarang tampak di area trekking. Selama trekking terdapat petugas yang berjaga di beberapa titik. Hewan yang kita temui selama di pulau ini adalah rusa.

Pink Beach

Selain menawarkan pasir pantai yang berwarna pink, di sekitar pantai ini kita dapat melakukan snorkling. Air di pantai ini terasa dingin berbeda dengan pantai lainnya dan menyegarkan badan.

Pulau Komodo

Di Pulau Komodo, kita trekking dengan jalur medium. Jalur yang tersedia yaitu short, medium, dan long. Untuk yang long ditutup. Kita pun mengambil jalur medium dan bertemu 3 komodo. Salah satu komodo yang kita temui bernama Hercules. Dari ketiga komodo yang kita temui yang aktif bergerak hanya Hercules.

Pada malam kedua, kapal berada di perairan Pulau Komodo dan kondisi laut sangat tenang sehingga banyak yang tertidur dengan nyenyak.

Pulau Komodo selain dihuni Komodo, juga dihuni oleh komunitas nelayan muslim. Di perairan ini, adzan dan lantunan ayat suci Al-Qur’an setelah tarawih dari Pulau Komodo terdengar sampai ke kapal.

Hari 3
Taka Makassar
Adalah pasir timbul yang terjadi saat kondisi air laut surut. Kondisi pasir pantai di Taka Makassar tajam.

Manta point
Spot snorkling bersama manta. Dari kapal, kita sudah dapat melihat manta besar dan terkadang juga melompat. Manta berada di perairan yang berarus. Saya yang tidak bisa berenang cukup kualahan untuk bergerak sehingga memilih untuk berada diatas kapal.

Pulau Siaba
Menawarkan spot snorkling berupa karang yang cantik. Katanya Pulau Siaba adalah spot terbaik untuk snorkling dibandingkan dengan spot lainnya. Saya tidak bisa membandingkan karena nggak ikut snorkling.Dalam penawaran hari pertama terdapat spot snorkling di Manjarite tapi saat trip tidak ada. Pulau Siaba tidak masuk dalam penawaran trip namun ada.

Selama trip ini, hanya kita berdua peserta yang berpuasa. Sahur disediakan oleh kapal berupa mie goreng, telur dadar, dan nasi. Beberapa crew kapal khususnya bagian masak juga ikut sahur sehingga aman. Di sahur pertama, kita harus membangunkan crew.

Dalam trip ini beberapa spot, terasa kurang nyaman karena ramai oleh peserta trip dari beberapa kapal lainnya. Mungkin efek selama overland Flores selalu sepi. Giliran open trip ramai orang. Mungkin kalau ambil private trip saat weekdays enak kali ya. Semoga nanti~

Apa saja yang termasuk dalam open trip?

  • Welcome drink setelah memasuki kapal
  • Tiket masuk ke tempat wisata
  • Makan 3x sehari (pagi, siang, malam)
    Kalau puasa mendapat sahur dan berbuka bersamaan dengan makan malam. Makan malam selalu komplit lauknya. Di hari pertama ada udang goreng, ada cumi asam manis. Di hari kedua rendang dan ikan bakar. Plus buah dan sayur.
  • Kopi, teh, dan air mineral. Ada dispenser untuk air panas.
  • Dokumentasi yang diambil menggunakan kamera mirrorless, gopro, dan drone.

Kamar sharing lumayan nyaman. Ber-AC dingin, tersedia handuk, tissue, bantal, dan selimut. Satu kapal berisi 12 orang dengan 1 kamar sharing di lantai atas dan 4 kamar private di lantai bawah.

Teman-teman 1 kapal kita juga asyik dan hobi traveling. Semua sudah sampai kemana-mana baik dalam maupun luar negeri jadi saling bertukar cerita dan informasi.

Kita mengikuti open trip Sail Komodo 3 malam 2 hari, setelah hampir 2 minggu overland keliling Flores ke Ruteng, Riung, Ende, Maumere, dan Larantuka.

 

Trekking Berkunjung ke Wae Rebo di Bulan Puasa

Tak terasa puasa telah memasuki hari ke-12 dan kita sampai di Desa Dintor yang menjadi gerbang masuk ke Wae Rebo.

Perjalanan dari Ruteng ke Desa Dintor sangat melelahkan, bagaimana tidak? Kondisi jalan sempit dan rusak parah. Jalan aspal tinggal seperti bebatuan yang disusun. Jarak 76 km ditempuh dalam waktu sekitar 6,5 jam. Bahkan saat pulang dari Desa Dintor menuju Lembor terdapat 3 sampai 4 jembatan patah.

Ketika akan naik ke Wae Rebo Logde di Desa Dintor terdapat tulisan bahwa Wae Rebo masih tutup. Bayangkan setelah menempuh perjalanan yang penuh perjuangan seperti apa rasanya? Panik gak? Panik gak? Panik lah! Masa enggak. Wkwkwk..

Kita pun tetap lanjut naik ke Wae Rebo Lodge yang merupakan penginapan milik salah satu tokoh penggerak pariwisata Wae Rebo, Pak Martin namanya.

Dari Pak Martin kita mendapatkan informasi bahwa Wae Rebo dibuka. Kita sampai di Wae Rebo Lodge sekitar pukul 12.00. Sambil menunggu travelmate Jum’atan, saya mengurus administratif penginapan.

Wae Rebo Lodge, Desa Dintor
Sunrise dari Wae Rebo Lodge

Kami bermalam di Wae Rebo Lodge selama 2 malam. Malam Sabtu istirahat dulu sebelum trekking ke Wae Rebo dan Malam Senin setelah trekking dari Wae Rebo. Untuk 2 malam, tarif yang dikenakan Rp 800.000,- sudah termasuk makan 2 kali yaitu saat sahur pukul 04.00 pagi dan berbuka pukul 18.30 malam. Cukup bersahabat bukan?

Sajian makanan pun cukup komplit ada nasi merah yang masih hangat, tumis kangkung buncis, dan lauk berupa ikan plus tempe/terong, sambal, serta lalapan. Bahkan di hari pertama berbuka ada tambahan lauk balado telur. Rasanya pun sedaaaap! Semua makanan selalu habis tak bersisa. Khilaf!

Sabtu pagi pukul 07.00, kita mengendarai motor dari Wae Rebo Lodge menuju Pos 1 ditemani Mas Deven, seorang porter ke Wae Rebo. Tujuan kita menggunakan jasa porter sebenarnya lebih sebagai guide untuk menemani dan mengarahkan selama perjalanan serta saat berada di Wae Rebo.

Perjalanan dari Wae Rebo Lodge sampai pos 1 menaiki motor membutuhkan waktu sekitar 45 menit. Kondisi jalan menanjak dan dibeberapa titik rusak parah sehingga harus berhati-hati dan pastikan motor dalam kondisi prima.

Setelah sampai pos 1, kita parkir dan meninggalkan kendaraan di tempat tersebut kemudian memulai trekking. Bila kalian membutuhkan tongkat dapat menyewa dengan tarif Rp 10.000,- per tongkat. Untuk sampai ke Wae Rebo normalnya membutuhkan waktu sekitar 2 jam melewati 3 pos yaitu pos 1, pos 2, dan pos tiga serta Rumah Kasih Ibu.

Kawasan trekking masuk ke area Hutan Lindung Todo. Selama perjalanan teduh karena kanan kiri berupa pepohonan namun keringat bercucuran karena medan yang menanjak khususnya trekking dari pos 1 ke pos 2. Trekking pos 1 ke pos 2, kita tempuh dalam waktu 1,5 jam. Pos 2 bisa dibilang setengah dari perjalanan. Jalur trekking pos 1 ke pos 2 adalah jalur paling panjang dan menanjak. Pos 2 ke pos 3 masih harus melewati beberapa tanjakan, kira-kira 30 menit kemudian jalur sudah landai hingga Rumah Kasih Ibu.

Pos 2 Pendakian Wae Rebo

Dari pos 3, kita dapat melihat atap perkampungan Desa Adat Wae Rebo. Sampai di pos 3, lanjut ke Rumah Kasih Ibu yang dapat ditempuh dengan waktu 15-20 menit. Sesampainya di Rumah Kasih Ibu, Mas Deven memberikan informasi bahwa tidak diperkenankan mengambil gambar usai meninggalkan Rumah Kasih Ibu hingga tiba di Wae Rebo sebelum upacara adat. Untuk biaya upacara adat Rp 50.000, kita serahkan ke Mas Deven saat di Rumah Kasih Ibu. Sebelum lanjut perjalanan, Mas Deven memukul kentongan sebanyak 3x yang menjadi tanda bahwa ada tamu yang akan datang ke Wae Rebo.

Pos 3 Pendakian Wae Rebo

Dari pos 2 sampai ke Wae Rebo, trekking yang kita tempuh memakan waktu 1 jam. Kita berhasil sampai ke Wae Rebo dalam waktu 2,5 jam, maklum ya karena kita sebelumnya jarang jalan kaki dengan jarak jauh dan waktu yang lama.

Sepulang dari Wae Rebo, kita kembali ke Labuan Bajo dan berbincang dengan salah satu crew operator wisata tentang saat-saat tersulit di Wae Rebo Lodge. Terkadang kalau datang rombongan makan bisa apa adanya seperti Indomie. Wah, beruntungnya kita tidak merasakan hal tersebut. Kita bermalam di Wae Rebo 1 malam mendapatkan makanan buka dan sahur berupa nasi telur plus kopi khas Wae Rebo. Saat dini hari, kita dapat menikmati pemandangan langit bertabur penuh bintang (milky way).

Bila bermalam di Wae Rebo, kita akan dipinjami selimut. Terdapat rumah khusus yang menjadi tempat penginapan untuk tamu. Tempat tidur melingkar, bagian tengah sebagai tempat untuk makan.

Udara di Wae Rebo tidak terlalu dingin seperti di Ruteng. Tapi air di Wae Rebo sangat dingin. Kamar mandi tersedia cukup baik.

Apabila teman-teman datang atau pulang usai hujan, hati-hati ya karena jalan licin dan lintah berkeliaran.

Biaya yang dihabiskan saat di Wae Rebo

  • Penginapan 2 malam di Wae Rebo Lodge, Desa Dintor Rp 400.000,- per malam sudah termasuk makan 2 kali (pagi dan malam / buka dan sahur)
  • Penginapan di Wae Rebo 1 malam Rp 325.000,- per orang. Kamar sharing dengan peserta lain. Mendapat makan malam dan pagi, bisa diganti saat buka dan sahur.
  • Porter Rp 200.000,-
  • Ojek porter pergi pulang Rp 100.000,-
  • Tongkat pendakian Rp 10.000,- per tongkat

Tips ketika trekking agar tidak mudah lelah adalah mengatur pernafasan. Ketika jalan menanjak, 1 langkah dibarengi ambil nafas, 1 langkah selanjutnya buang nafas. Begitu seterusnya.

Note:

  • Sewaktu di jalan pedesaan tak jauh dari gapura Todo, kita sempat bertemu gerombolan anak kecil yang melakukan pemalakan “Minta duit buat pajak diatas”, kita lewatin aja. Buat yang ketemu seperti ini tolong jangan kasih apa-apa ya supaya tidak menjadi kebiasaan nantinya.
  • Bersikap ramah dan menggunakan pakaian sopan ketika berada di Wae Rebo.
  • Minta ijin sebelum mengambil foto seseorang.
  • Tidak memberikan sesuatu (permen, uang, mainan, atau kue) tanpa seijin orangtua.
  • Di Wae Rebo Lodge tidak ada sinyal data, bila ingin mendapatkan sinyal data/internetan dapat turun dulu ke tepi pantai yang berjarak sekitar 6 km.
Sunrise Pantai Dintor

Kesimpulan:
Ke Wae Rebo saat bulan puasa, kenapa tidak? Kita tetap dapat berpuasa asalkan mampu mengukur kemampuan tubuh.

Trekking Danau Kelimutu di Saat Puasa dan Masa Pandemi

Perjalanan keliling Flores dari 17 Pulau Riung berlanjut ke Ende dimulai pukul 11.00 sampai Ende sekitar pukul 15.00, kita berhenti agak lama di Bukit Pelangi Nusantara, Nangaroro karena travelmate mau lanjut kerja dulu.

Dari Ende, kita langsung menuju Moni yang terletak di kawasan wisata Kelimutu dan di tempat tersebut banyak penginapan. Kalian anak 90-an pasti sudah tau kan Danau Kelimutu yang tercetak di uang 5.000 rupiah tahun 1992? Danau ini dikenal memiliki 3 kawah berwarna dengan warna yang berbeda-beda yaitu merah, biru, dan hitam. Warna air danau pun dapat berubah-ubah. Berdasarkan info dari warga lokal, Danau Kelimutu juga menjadi spot Sunrise terbaik di Flores.

Perjalanan ke Moni ditemani hujan. Kita tiba di Moni sekitar 16.55, bermalam di Bintang Bungalow. Informasi dari pemilik penginapan bila ingin ke Danau Kelimutu harus reservasi terlebih dahulu via WA di nomor 0821-1010-3335. Hal ini dilakukan oleh pengelola wisata untuk membatasi jumlah pengunjung di masa pandemi. Karena sudah lewat dari jam layanan reservasi sehingga hari Sabtu tidak bisa lanjut ke Danau Kelimutu dan kita stay di Moni 2 malam.

Tiba mendekati waktu berbuka puasa, saya berangkat untuk mencari makanan berbuka. Yang bisa didapat bakso. Cukup untuk menghangatkan ditengah dinginnya udara daerah Moni.

Sabtu pukul 07.30 pagi kita melakukan reservasi ulang untuk masuk ke Danau Kelimutu dan mendapat balasan kode booking pukul 12.26. Setelah reservasi, kita keliling daerah sekitar untuk membeli bensin dan aqua, serta mampir ke pasar. Setelah pulang dari pasar, travelmate justru demam.

Pukul 20.00, di Moni hujan deras hingga waktu sahur pukul 04.00. Dagdigdug, kira-kira bisa tidak ini tetap lanjut ke Danau Kelimutu? Rencana awal berangkat pukul 04.15 sehingga sampai pintu pembelian tiket pukul 04.30 pas sesuai jam buka. Dikarenakan hujan, kita baru berangkat 05.30 dan gerimis diperjalanan.

Saat pembelian tiket, kita diminta untuk menunjukkan KTP dan membayar tiket masuk. Anehnya, kode booking tidak diminta saat pembelian tiket. Mungkin kalau sedang tidak ramai pengunjung, kita bisa langsung on the spot beli tiket tanpa harus reservasi kali ya. Ada yang pernah coba tidak reservasi dulu saat pandemi seperti ini?

Jarak dari Moni ke Kelimutu sekitar 9 KM. Dari pintu tiket masuk Danau Kelimutu hingga area parkir berjarak sekitar 3 KM. Dari area parkir, pengunjung mulai trekking. Jalur trekking berupa tangga, jalan bebatuan, dan pasir di sejumlah titik. Jarak trekking tidak terlalu jauh, mungkin sekitar 15-20 menit saja dengan berjalan santai.

Sampai di area parkir hanya terlihat beberapa motor dan 1 mobil. Kondisi sekitar berkabut dan dingin. Sampai spot pertama yaitu Tiwu Koo Fai Nuwamuri Atapolo samar terlihat warna biru dari kawah yang tertutup oleh kabut. Saat angin berhembus dan menyapu kabut terlihat keindahan danau ini.

Trekking dilanjutkan menuju puncak bukit yang diatasnya terdapat bangunan seperti tugu. Untuk dapat sampai ke spot tersebut pengunjung harus menapaki anak tangga. Bila beruntung, kalian dapat bertemu dengan monyet-monyet yang berkeliaran. Jangan pernah memberikan makanan pada monyet tersebut ya! Hal itu tertulis dalam papan himbauan yang ada di puncak bukit. Dari puncak bukit/atas tuga, pengunjung dapat melihat 3 kawah danau. Dua danau saling berdampingan, sementara danau hitam berada disisi yang berbeda.

Sayangnya saat kita tiba kondisi alam tidak bersahabat, danau lebih sering tertutupi oleh kabut dan tidak muncul matahari karena diselimuti awan mendung. Angin pun bertiup kencang dan sangat dingin.

Mengenai fasilitas wisata di Danau Kelimutu terbilang sudah cukup baik, jalan menuju lokasi dapat dikategorikan cukup baik. Terdapat tempat istirahat dan toilet di area trekking. Bila kalian ingin bermalam di sekitar danau pun tersedia penginapan yang berada dekat dengan pintu loket masuk Kelimutu.

Note:

  • Harga tiket masuk Danau Kelimutu bagi WNI Rp 5.000,- per orang saat weekdays. Sementara saat weekend Rp 7.500,- per orang.
  • Danau Kelimutu buka mulai pukul 04.30 pagi.

Island Hopping 17 Pulau Riung

Hari ini merupakan hari puasa ke-4, kita berada di Kota Riung. Tempat ini terkenal sebagai wisata bahari dimana pengunjung dapat berkunjung ke beberapa pulau dengan kapal.

Kita sampai di Riung pada puasa ke-3 sebelum ashar. Di Riung banyak ditemukan pemukiman warga muslim yang ditandai dengan adanya masjid. Penduduk berasal dari suku Bugis dan Bajo. Pantas saja bahasa daerahnya sudah berbeda dengan yang biasa kita dengar yaitu Bahasa Manggarai. Mereka sangat ramah dan murah senyum.

Ketika sampai di Pelabuhan Pariwisata Riung (Nangamese) kita berjumpa dengan Pak Talib dan sedikit berbincang. Beliau seorang pemilik kapal wisata yang melayani jasa island hopping. Selain itu ada juga pemilik Shangrilla Lodge.

Shangrilla Lodge

Akhirnya kita mengambil penginapan di Shangrilla Lodge yang letaknya tidak jauh dari pelabuhan pariwisata. Tarif per malamnya Rp 200.000,-. Pemiliknya seorang muslim kita dapat bonus buka puasa berupa es kelapa muda yang dicampur alpukat dan monte. Kemudian saat sahur diberi ikan bakar, sayur, sambal, dan teh hangat. Enak sekali masakannya…

Buka puasa kita diajak ke masjid oleh Pak Talib dan pemilik Shangrilla Lodge. Warga sekitar setiap hari saling bergilir membawa makanan dan minuman ke masjid untuk berbuka puasa. Sajian berbuka berupa makanan dan minuman tradisional seperti lopis, es kelapa muda, dan minuman sagu.

Ketika masuk waktu berbuka, semua yang datang ta’jil membatalkan puasa disusul adzan magrib. Setelah adzan langsung iqomah dan lanjut sholat magrib. Untuk shalat isya dan tarawih dimulai sekitar pukul 19.15. Tarawih berlangsung 8 rakaat dilanjutkan witir 3 rakaat.

Keesokan harinya,
Kita sudah janjian dengan Pak Talib pemilik kapal pukul 06.00 bertemu di Pelabuhan Pariwisata dan mulai berangkat island hopping ke Pulau Kelelawar, Pulau Tiga, dan Pulang Rutong.

Biaya penyeberangan island hopping di 17 Pulau Riung 400.000 per kapal. Walaupun hanya berdua dan ambil trip tidak sampai setengah hari, harga tetap sama dengan trip sehari. Kata Pak Talib, biaya tersebut sudah berlangsung selama 4 tahun ditambah lagi sekarang solar susah dicari. Kalau kalian ketika snorkling membutuhkan pelampung dan kacamata dapat menyewa dengan tarif 50.000.

Tujuan pertama kita adalah Pulau Kelelawar. Pulau yang dipenuhi oleh kelelawar ini biasanya dipenuhi oleh kapal-kapal wisata dan ramai oleh pengunjung pada saat sore hari. Pengunjung dapat melihat sunset bersamaan dengan kelelawar mulai beterbangan. Di pulau ini juga terdapat komodo dengan kulit berwarna-warni. Sayangnya kita tidak dapat melihat komodo tersebut karena tidak ada pawang dan pulau sedang ditutup sehingga kita hanya melihat persinggahan kelelawar dari atas kapal.

Selanjutnya berkunjung ke Pulau Rutong dan Pulau Tiga. Biasanya bila tidak puasa keliling pulau akan diajak untuk bakar ikan di Pulau Tiga/Pulau Rutong. Tentu dengan biaya tambahan untuk beli ikan ya. Normalnya Pulau Rutong dipenuhi oleh bule untuk berjemur. Baik pemilik kapal maupun penginapan mengatakan bahwa semenjak covid pariwisata di 17 Pulau Riung sangat sepi. Mendengar hal tersebut rasanya jadi sedih.

Benar saja, saat kita island hopping tidak ditemukan pengunjung lain sehingga terasa seperti pulau pribadi. Kegiatan yang dapat dilakukan di Pulau Tiga dan Pulau Rutong adalah snorkling. Di Pulau Rutong, pengunjung juga bisa mendaki bukit untuk melihat pemandangan dari atas. Tapi karena matahari sudah mulai meninggi dan sedang berpuasa, kita tidak mencoba naik ke atas.

Pulau Tiga

Aku sendiri tidak bisa berenang sehingga saat berada di area snorkling Pulau Rutong tidak terjun ke air walaupun terdapat pelampung karena cukup dalam. Pak Talib pun menawarkan snorkling di area yang tidak dalam yaitu di Pulau Tiga karena kasihan cuma bisa melihat travelmate snorkling. Walaupun tidak bisa melihat karang yang beragam tapi saat snorkling di Pulau Tiga dapat dijumpai ikan kecil-kecil yang beragam. Lumayan lah… 🙂

Kalau kalian ke 17 Pulau Riung dan ingin menginap dan berkeliling pulau coba aja ke Shangrilla Lodge kemudian minta bantuan jasa kapal Pak Talib. Dari Riung, kita melanjutkan perjalanan ke Moni, Ende untuk berkunjung ke Danau Kelimutu. Ikuti terus ya update perjalanan kita di Flores.