Island Hopping 17 Pulau Riung

Hari ini merupakan hari puasa ke-4, kita berada di Kota Riung. Tempat ini terkenal sebagai wisata bahari dimana pengunjung dapat berkunjung ke beberapa pulau dengan kapal.

Kita sampai di Riung pada puasa ke-3 sebelum ashar. Di Riung banyak ditemukan pemukiman warga muslim yang ditandai dengan adanya masjid. Penduduk berasal dari suku Bugis dan Bajo. Pantas saja bahasa daerahnya sudah berbeda dengan yang biasa kita dengar yaitu Bahasa Manggarai. Mereka sangat ramah dan murah senyum.

Ketika sampai di Pelabuhan Pariwisata Riung (Nangamese) kita berjumpa dengan Pak Talib dan sedikit berbincang. Beliau seorang pemilik kapal wisata yang melayani jasa island hopping. Selain itu ada juga pemilik Shangrilla Lodge.

Shangrilla Lodge

Akhirnya kita mengambil penginapan di Shangrilla Lodge yang letaknya tidak jauh dari pelabuhan pariwisata. Tarif per malamnya Rp 200.000,-. Pemiliknya seorang muslim kita dapat bonus buka puasa berupa es kelapa muda yang dicampur alpukat dan monte. Kemudian saat sahur diberi ikan bakar, sayur, sambal, dan teh hangat. Enak sekali masakannya…

Buka puasa kita diajak ke masjid oleh Pak Talib dan pemilik Shangrilla Lodge. Warga sekitar setiap hari saling bergilir membawa makanan dan minuman ke masjid untuk berbuka puasa. Sajian berbuka berupa makanan dan minuman tradisional seperti lopis, es kelapa muda, dan minuman sagu.

Ketika masuk waktu berbuka, semua yang datang ta’jil membatalkan puasa disusul adzan magrib. Setelah adzan langsung iqomah dan lanjut sholat magrib. Untuk shalat isya dan tarawih dimulai sekitar pukul 19.15. Tarawih berlangsung 8 rakaat dilanjutkan witir 3 rakaat.

Keesokan harinya,
Kita sudah janjian dengan Pak Talib pemilik kapal pukul 06.00 bertemu di Pelabuhan Pariwisata dan mulai berangkat island hopping ke Pulau Kelelawar, Pulau Tiga, dan Pulang Rutong.

Biaya penyeberangan island hopping di 17 Pulau Riung 400.000 per kapal. Walaupun hanya berdua dan ambil trip tidak sampai setengah hari, harga tetap sama dengan trip sehari. Kata Pak Talib, biaya tersebut sudah berlangsung selama 4 tahun ditambah lagi sekarang solar susah dicari. Kalau kalian ketika snorkling membutuhkan pelampung dan kacamata dapat menyewa dengan tarif 50.000.

Tujuan pertama kita adalah Pulau Kelelawar. Pulau yang dipenuhi oleh kelelawar ini biasanya dipenuhi oleh kapal-kapal wisata dan ramai oleh pengunjung pada saat sore hari. Pengunjung dapat melihat sunset bersamaan dengan kelelawar mulai beterbangan. Di pulau ini juga terdapat komodo dengan kulit berwarna-warni. Sayangnya kita tidak dapat melihat komodo tersebut karena tidak ada pawang dan pulau sedang ditutup sehingga kita hanya melihat persinggahan kelelawar dari atas kapal.

Selanjutnya berkunjung ke Pulau Rutong dan Pulau Tiga. Biasanya bila tidak puasa keliling pulau akan diajak untuk bakar ikan di Pulau Tiga/Pulau Rutong. Tentu dengan biaya tambahan untuk beli ikan ya. Normalnya Pulau Rutong dipenuhi oleh bule untuk berjemur. Baik pemilik kapal maupun penginapan mengatakan bahwa semenjak covid pariwisata di 17 Pulau Riung sangat sepi. Mendengar hal tersebut rasanya jadi sedih.

Benar saja, saat kita island hopping tidak ditemukan pengunjung lain sehingga terasa seperti pulau pribadi. Kegiatan yang dapat dilakukan di Pulau Tiga dan Pulau Rutong adalah snorkling. Di Pulau Rutong, pengunjung juga bisa mendaki bukit untuk melihat pemandangan dari atas. Tapi karena matahari sudah mulai meninggi dan sedang berpuasa, kita tidak mencoba naik ke atas.

Pulau Tiga

Aku sendiri tidak bisa berenang sehingga saat berada di area snorkling Pulau Rutong tidak terjun ke air walaupun terdapat pelampung karena cukup dalam. Pak Talib pun menawarkan snorkling di area yang tidak dalam yaitu di Pulau Tiga karena kasihan cuma bisa melihat travelmate snorkling. Walaupun tidak bisa melihat karang yang beragam tapi saat snorkling di Pulau Tiga dapat dijumpai ikan kecil-kecil yang beragam. Lumayan lah… 🙂

Kalau kalian ke 17 Pulau Riung dan ingin menginap dan berkeliling pulau coba aja ke Shangrilla Lodge kemudian minta bantuan jasa kapal Pak Talib. Dari Riung, kita melanjutkan perjalanan ke Moni, Ende untuk berkunjung ke Danau Kelimutu. Ikuti terus ya update perjalanan kita di Flores.

Ujian Puasa On The Road – Flores

Puasa tahun 2021 ini, kita mencoba hal yang berbeda dengan berpuasa di kota orang sambil jalan berpindah-pindah kota (nomaden).

Mulai sahur pertama sudah mendapat cobaan, lagi santai mandi eh dibilang sepuluh 10 menit lagi imsak sama travelmate. Padahal masih 40 menit. Karena sebelumnya nggak ngecek ulang jam imsak & percaya aja, makan pun jadi buru-buru. Sungguh menyebalkan!

Tapi ada yang menarik dari sahur pertama ini yaitu pemandangan kerlip lampu diperbukitan ditengah dingin udara Kota Ruteng. Langit bertabur bintang ditambah bulan sabit bersinar terang. Terima kasih untuk Sky Terrace Hotel yang sudah memberikan menu breakfast pada jam sahur dengan menu yang special.

Sky Terrace Hotel & RestoSky Terrace Hotel & Resto_kamar

Check out dari Sky Terrace Hotel, kami berencana menuju Bajawa. Searah menuju daerah yang terkenal dengan hasil kopinya tersebut terdapat Taman Wisata Alam, didalamnya terdapat Danau dan Air Terjun Ranamese. Untuk dapat melihat kedua spot itu, pengunjung harus berjalan kaki menyusuri hutan. Jalan tidak terlalu jauh namun menaiki dan menuruni tangga yang terkadang licin oleh lumut/dedaunan jatuh yang basah. Walaupun udara dingin ketika trekking membuat berkeringat dan haus.

Jalur trekking di hutan

Air Terjun Ranamese

Ketika akan sampai ke Air Terjun Ranamese travelmate merogoh saku kemudian menyadari bahwa STNK hilang. Padahal sorenya ada di meja kamar hotel. Karena di kawasan Danau Ranamese tidak terdapat sinyal sama sekali, kami pun bergegas mencari sinyal kembali ke arah Ruteng untuk menghubungi pihak hotel tempat bermalam tadi. Saat terhubung dengan orang yang membersihkan kamar tidak ditemukan barang yang tertinggal termasuk STNK.

Akhirnya kami kembali ke Ruteng. Ke penginapan untuk mengecek ulang. Hasil pengecekan ulang tidak ditemukan. Lanjut ke Polres Ruteng untuk meminta surat keterangan kehilangan. Kita dibantu oleh kawan. Terima kasih Pak Noni.

Kita lanjut ke Bajawa sekitar setengah 3 sore, langit mendung. Belum lama kita jalan, hujan datang. Sampai Pelabuhan Aimere pun hujan. Berhubung sudah mendekati waktu berbuka, kita berhenti di warung makan.

Setelah berbuka di sekitar Pelabuhan Aimere, lanjut menyusuri Jalan Trans Flores yang menanjak, berkelok, dan gelap. Ditambah dingin udara. Rasanya ajib banget! Banyak-banyak istigfar, dzikir, dan baca doa. Jalan gelap dan jarang sekali kendaraan lewat. Sangat tidak disarankan untuk jalan di malam hari.

Sampai di Bajawa, masih harus cari penginapan karena penginapan yang dituju penuh. Setelah mendapat penginapan, tidak mengganti breakfast dengan sahur dan tidak ada tempat buat masak. Huhuhu…

Puasa ketiga,
Di Bajawa kita hanya menemukan ATM BRI, BNI, dan bank lokal (kalau nggak salah Bank NTT). Travelmate sudah transfer uang ke BNI untuk ditarik tunai. Eh lha kog ternyata kartu expired bulan Desember 2020 dan baru sadar.

Akhirnya ke Bank BNI dulu untuk urus kartu atau tarik di teller. Sayangnya hal tersebut membutuhkan buku tabungan. Buku tabungan tidak terbawa karena ganti tas. Berdasarkan pengecekan juga tidak terdaftar mobile dan SMS banking, padahal sebelumnya sudah pernah mendaftar.

Karena tidak ada solusi lain (harus ada buku tabungan), ya sudah menyerah. Pas mau angkat kaki, kakak CS cek lagi kalau penggantian kartu yang belum menggunakan chip dapat dilakukan tanpa buku tabungan. Alhamdulillah…

Sungguh dibalik kesusahan ada kemudahan.

Terima kasih orang-orang baik. 🙂

PERGI KE LABUAN BAJO DI MASA PANDEMI – PART 2

Ini merupakan pengalaman pertama kita melakukan penyeberangan menaiki kapal dari Surabaya ke Labuan Bajo. Seperti apa situasi dan suasananya di masa pandemi ini? Simak dibawah ya…

Pukul 15.30 kita masih duduk-duduk ditempat pembelian tiket dan diinformasikan bahwa kapal sudah bersandar dan bisa masuk ke kapal. Sebelum ke sana, kita isi perut dulu. Kemudian ke swalayan membeli sedikit perbekalan.

Penyeberangan Surabaya – Labuan Bajo dijadwalkan berangkat pukul 19.00. Sayangnya hingga pukul 00.00, kapal tidak kunjung jalan sampai kita terlelap. Jadwal keberangkatan memang dapat berubah-ubah dikarenakan cuaca namun tidak ada hal yang diinformasikan oleh petugas melalui pengeras suara. Ternyata baru mulai jalan pukul 04.00. Entah kenapa pukul 03.00 sirine seperti suara kebakaran berbunyi dan membuat kita terbangun namun tak lama kemudian sebelum keluar dari kamar bunyi peringatan tersebut sudah mati.

Penyeberangan Surabaya – Labuan Bajo akan memakan waktu sekitar 33 jam. Kebayang kan lamanya? Sesampainya di kapal, kami sudah ditawari untuk memesan kamar dalam kapal dengan harga mulai dari Rp 200.000,- selama perjalanan. Kami pun memilih untuk mengambilnya. Dengan harga Rp 200.000,-, kita mendapat kamar sharing dengan penumpang lain. Karena risau dengan keamanan barang bawaan dan ternyata tersedia kamar private maka kita pindah. Biaya yang sudah kita bayarkan dipotong Rp 50.000,-. Jadi uang kembali Rp 150.000,- dan membayar kamar baru Rp 350.000,-. Tips ketika ditawari kamar lebih baik lihat dulu kamarnya, jangan langsung bayar. Kamar berbayar ditawarkan oleh awak kapal yang berbeda. Kalian bisa bandingkan dulu penawaran antar yang satu dengan yang lain.

Sebenarnya setiap penumpang mendapat jatah tempat tidur gratis dengan banyak orang. Yang membuat tidak nyaman adalah banyak orang tidak tertib sehingga mengganggu kenyamanan penumpang lain seperti merokok di area tempat tidur.

Tidak heran terlihat beberapa orang pindah tempat, menggunakan tempat yang bukan tempat tidur sebagai tempat untuk tidur. Walaupun kapal tidak begitu ramai oleh penumpang namun beginilah keadaan dan situasinya.

Selama perjalanan ini akan mendapat nasi box 4 kali. Akan tetapi dalam penyeberangan ini mendapat nasi box 5 kali, mungkin karena delay. Rasa makanannya lumayan, nasinya banyak tapi lauknya dikit. Jadi kalau kalian ikut penyeberangan ini lebih baik bawa bekal lauk seperti abon atau rendang kering.

Malam pertama sekaligus hari pertama masuk kapal, belum dapat nasi. Beruntung sebelum berangkat sudah makan dulu. Nasi baru didapat pada hari kedua. Sarapan nasi pecel lauk telur dadar. Makan siang ayam goreng dan kuah bihun. Makan malam ikan. Makan pagi telur balado. Makan siang (bonus) ayam goreng. Makan ini ambil sendiri di kantin dengan menunjukkan tiket. Apabila sudah mengambil makanan maka tiket akan ditandai.

Letak kamar berbayar ada di lantai 3, sementara tempat tidur gratis ada di lantai 2. Toilet di lantai 2 terdapat pembagian untuk pria dan wanita. Di kamar mandi wanita lantai 2 hanya berupa bilik dengan ember dan gayung seperti untuk mandi saja, tidak terdapat WC.

Sementara di lantai 3 ada 2 toilet yang ukurannya lebih layak sebagai kamar mandi dilengkapi dengan WC duduk dan lebih bersih dibandingkan dengan toilet di lantai 2. Pantas saja kalau kamar mandi di lantai 3 ini jarang sekali kosong karena memang dipakai bergantian 1 penghuni kapal. Huhuhu…

Hari pertama bermalam di kapal yang belum jalan.
Di penyeberangan hari kedua tidak terlihat pulau lagipula cuaca seharian mendung dan tidak tampak matahari. Di hari ketiga mulai terlihat pulau-pulau, cuaca cerah, dan beberapa kali tampak ikan terbang dan lumba-lumba melompat lompat menunjukkan keberadaannya.

Akhirnya sampai juga di Labuan Bajo setelah 36 jam penyeberangan dari Surabaya dengan KM Niki Barokah. Bongkar muat kapal memakan waktu sekitar 45 menit, kendaraan roda dua (motor) dan roda empat (mobil) keluar akhir karena lantai pertama diperuntukkan bagi truk besar.

Saat keluar kapal, pengendara bermotor & mobil akan dicek lagi dokumen swab antigen dan kartu kuning yang telah diisi akan diperiksa kemudian diminta oleh petugas pelabuhan. Kartu kuning ini semacam pendataan orang yang masuk ke Labuan Bajo diberikan oleh petugas saat validasi hasil swab antigen di pelabuhan asal.

Ketika kita sampai petugas pelabuhan menginformasikan bahwa hingga 11 April 2021, island hopping atau kunjungan ke pulau-pulau di Labuan Bajo tidak dapat dilakukan dikarenakan alasan cuaca.

Pergi ke Labuan Bajo di Masa Pandemi – Part 1

Rencana awal sebenarnya pergi ke Ende pada akhir Maret. Namun karena cuaca dan masih ada kesibukan sehingga mundur 1 minggu menjadi diawal April. Perjalanan kita mulai dari Jogja menaiki motor menuju Surabaya dengan jalur Klaten – Solo – Karanganyar – Tawangmangu – Madiun – Nganjuk – Mojokerto – Surabaya.

Berangkat dari Jogja pukul 08.00, pukul 10.30 sarapan sekaligus makan siang dulu di Sate Kambing dan Tengkleng Rica-Rica Pak Manto dan beberapa kali berhenti untuk melemaskan otot. Sehingga sampai di kawasan Tanjung Perak, Surabaya pukul 18.45.

Paginya mulai pukul 07.30, kita berangkat untuk mencari informasi apakah ada penyeberangan ke Ende? sekaligus membeli tiket penyeberangan tersebut. Kita menuju PT. Berlian Lautan Sejahtera dan ternyata baru buka jam 09.00. Sehingga kita lanjut mencari informasi di pelabuhan terkait dengan tes kesehatan dan dokumen yang diperlukan untuk penyeberangan. 

Informasi dari petugas, tes kesehatan di pelabuhan hanya dilayani pada hari Senin dan Jum’at. Kita pun disarankan untuk genose di stasiun terdekat yaitu Stasiun Pasar Turi. Akhirnya kami pergi ke stasiun dan ternyata stasiun hanya melayani genose untuk penumpang kereta api dengan perjalanan jarak jauh. Ckckck… Pentingnya knowledge petugas informasi agar dapat memberikan informasi yang jelas dan benar.

Oh iya, kalau datang ke pelabuhan hati-hati ya karena banyak calo gigih ngikutin yang menawarkan jasa swab antigen atau pembelian tiket.

Singkat cerita, kita melakukan swab antigen di RSIA IBI Surabaya dengan biaya 507.500 untuk 2 orang. Setelah mendapat hasil tes swab antigen dan dokumen tersebut, lanjut ke tempat pembelian tiket penyebrangan. Penyeberangan ke Ende belum ada, yang tersedia adalah penyeberangan ke Labuan Bajo. Namun, pembelian tiket harus menyertakan hasil swab antigen yang sudah divalidasi oleh pihak pelabuhan. Balik lagi deh ke pelabuhan untuk validasi dokumen. 

Jreng.. jreng.. 

Dan lagi-lagi ya, ada ketidakseragaman informasi yang disampaikan oleh petugas informasi mengenai tempat validasi dokumen. Ketika tiba di loket validasi dokumen, waktu sudah menunjukkan pukul 10.00 namun petugas belum ada. Kita pun menunggu hingga pukul 11.00 lebih dan petugas juga belum tampak. Akhirnya kita tinggal dulu untuk check out dari hotel.

Kasian lho banyak yang antri tujuan Kumai dengan kapal yang dijadwalkan berangkat 13.00 tapi jam 11.00 masih nunggu validasi dokumen yang nggak jelas jamnya. Kalau dari papan pengumuman seharusnya jam tersebut masuk jam pelayanan.

Kita balik lagi jam 13.00, Alhamdulillah 13.26 antrian validasi dokumen sudah kembali dibuka. Proses validasi dokumen ini tidak dapat diwakilkan, sedikit mirip dengan wawancara imigrasi. Akan ditanya pergi berapa orang? mau kemana? sehat enggak? Kalau kalian pergi rombongan dengan keluarga antri aja dengan perwakilan 1 orang supaya tetap jaga jarak aman dengan antrian yang lain. Sementara anggota keluarga tetap ada di sekitar sehingga bila diperlukan langsung bisa menampakkan wajah.

Validasi sudah dapat, lanjut fotokopi dokumen yang sudah divalidasi beserta dengan KTP seperti berikut:

Fotokopi ini akan diminta saat pembelian tiket penyeberangan. Harga tiket penyeberangan Surabaya – Labuan Bajo dengan KM Niki Barokah – 2 orang penumpang plus 1 motor yaitu 1.300.000,-.

Simpan baik-baik ya tiket dan hasil tes bebas covid-19 yang sudah divalidasi karena ketika masuk kapal akan dicek lagi.

Lanjut part 2 ya, yang pengen tau Penyeberangan Surabaya – Labuan Bajo dengan Kapal seperti apa suasananya.

Terima kasih sudah mampir ditulisan ini.

Mencicipi Sate Kambing dan Tengkleng Rica-Rica Pak Manto

Jalan-jalan sama jomblo
Makannya semangkuk soto
Kalau kamu pergi ke Solo 
Yuk kulineran di Sate Kambing Pak Manto

Wkwkwk, begitulah pantun pembuka tulisan ini.
Kalau kurang pas tolong dimaafkan ya. 

Sate Kambing dan Tengkleng Rica-Rica Pak Manto terletak di Jl. Honggowongso No. 36 Surakarta. Letaknya berada di pusat kota Solo dan warungnya berdiri persis di tepi jalan raya sehingga mudah untuk ditemukan. Jadi letaknya di Solo atau Surakarta? Nah, sebelum membahas mengenai menu olahan dari daging kambing di Warung Pak Manto, mungkin ada yang masih bingung dengan Solo dan Surakarta. 

Solo adalah desa di wilayah Jawa Tengah yang mulanya disebut Sala. Sementara Surakarta merupakan sebutan keraton yang menduduki wilayah tersebut. Kota Surakarta itu bisa disebut juga Solo. CMIIW.

Lanjut bahas soal warung yang populer di Solo ini, memiliki beberapa cabang bahkan di kota tetangga. Salah satunya ada di Jogja. Buat yang ada di Jogja kalau pengen icip-icip Sate Kambing dan Tengkleng Rica-Rica Pak Manto setidaknya tidak perlu jauh-jauh ke Solo.

Berhubung kita dalam perjalanan ke Surabaya dan melewati Solo tidak ada salahnya sarapan sekaligus makan siang dulu di Warung Pak Manto ini. Memasuki warung ini, pengunjung langsung disuguhi tembang jawa yang dinyanyikan live oleh tiga ibu berpakaian jawa dan bersanggul. Satu diantaranya memainkan alat musik kecapi.

Warung yang buka mulai pukul 07.30 hingga 20.00 ini menyediakan menu tengkleng rica-rica/seger, sumsum rica/seger, tongseng kambing, sate buntel, sate kambing, buntel masak, nasi goreng kambing/polos, otak goreng, gulai, dan nasi godog kambing. Rekomendasi dari warung, menu spesialnya adalah otak goreng.

Untuk pertama kalinya kita mampir ke warung ini untuk mencoba tengkleng rica-rica dengan level pedas sedang dan sate buntel. Tengkleng merupakan balungan atau tulang yang masih berbalut sedikit daging kalau beruntung dapat rusuk. Sajian berkuah ini memiliki rasa gurih pedas. Jika biasanya tengkleng diberi sayuran berupa kubis yang diiris-iris, disini kubisnya berbentuk potongan besar yang layu karena panas tengkleng. Cocok buat yang nggak suka kubis mentah. 

Satu porsi sate buntel berisi 3 kepalan daging kambing cincang yang dibakar. Kepalan sate buntel disini bisa dibilang jumbo. Rasa satenya mantap! Manis pas berbalur bumbu yang khas. Baik tengkleng maupun satenya tidak terasa amis sama sekali.

Harga menu:

  • Sate buntel 60.000 per porsi
  • Tengkleng rica 60.000 per porsi
  • Nasi putih 5.000 per porsi
  • Jeruk hangat/es 7.000

Apakah kalian tertarik untuk mencoba kuliner di Sate Kambing dan Tengkleng Rica-Rica Pak Manto bila berada di Solo? Buat yang pernah mampir kesini, menu mana yang paling kalian suka?

Segini Budget Touring Jogja – Riau

Di masa pandemi yang masih berlangsung sampai saat ini membuat kegiatan bepergian menjadi lebih terbatas untuk mengurangi penyebaran virus. Bepergian menaiki transportasi umum mungkin masih membuat rasa was was bagi sebagian orang sehingga banyak yang beralih menaiki kendaraan pribadi untuk melakukan perjalanan jarak dekat maupun jauh.

Menjelang akhir tahun lalu, kami memberanikan diri untuk mencoba touring mengendarai mobil dari Jogja menuju Riau melewati jalan tol. Perjalanan dimulai dari Jogja menuju Solo, memasuki tol Colomadu – Banyumanik.

Rute Perjalanan
Rute perjalanan yang kita tempuh yaitu Jogja – Jakarta – Lampung ( mampir di Kalianda dan Tulang Bawang Barat) – Palembang – Jambi –Riau.

Jalan Tol

Buat kalian yang mau coba lewat jalan tol, jangan lupa ya untuk mempersiapkan e-money beserta saldonya. Lebih bagus lagi kalau dilengkapi dengan tongkat kartu e-money untuk membantu tap ke mesin pintu tol yang pembayarannya sudah cashless. Jadi saat akan melewati jalan tol persiapkan kartu e-money dengan saldo yang cukup ya. Kira-kira berapa saldo yang dibutuhkan ketika melewati tol dari Colomadu sampai Jakarta/Merak? kemudian lanjut ke Lampung hingga Palembang, berikut perkiraannya:

  • Tol Colomadu – Banyumanik 65.000
  • Tol Kalikangkung – Tegal 141.000
  • Tol Tegal – Palimanan 71.500
  • Tol Palimanan – Cikampek 122.500
  • Tol Cikampek Utama 2 – Halim 10.000
  • Tol Senayan – Kuncaran I 10.000
  • Tol Cikupa – Merak 51.500
  • Tol Bakauheni Selatan – Kalianda 22.000
  • Tol Sidomulyo – Gunung Batin 105.000
  • Tol Menggala – Kayuagung 131.500
  • Tol Kayuagung – Jakabaring 39.500

Biaya jalan tol Jogja – Jakarta estimasinya Rp 410.000, sementara bila sampai ke Merak ditambah Rp 51.500, kemudian biaya tol Bakauheni  hingga Palembang Rp 298.000.

Di beberapa pintu tol biasanya menampilkan sisa saldo e-money jadi kalau saldo sudah menipis sebelum masuk gerbang tol selanjutnya bisa isi dulu melalui ATM/Indomaret yang ada di Rest Area terdekat. Kalau smartphone kalian sudah dilengkapi dengan NFC tinggal isi aja via internet banking.

Kondisi jalan tol di beberapa titik kondisi kurang baik (jalan bergelombang dan berlubang) sehingga harus tetap waspada dan berhati-hati di jalan yang terlihat lurus dan mulus tapi waktu udah deket jadi beda kayak gebetan yang tiba-tiba ghosting bikin deg deg-an nggak karuan. Selama perjalanan pada akhir tahun lalu, jalan tol yang paling panjang area berlubang di sepanjang Palembang.

Penyeberangan dan Penginapan
Dalam perjalanan ini, kita nggak buru-buru sampai tujuan. Jadi ya jalan santai tanpa gaspool. Selama perjalanan, kita menginap di Jakarta, Lampung, Palembang, dan Jambi.

Waktu itu kita mendapat jadwal penyeberangan saat petang dan sampai di Pelabuhan Bakauheni (Lampung) sudah malam. Penyeberangan Merak – Bakauheni memakan waktu sekitar 1,5 jam dengan tarif Rp 591.000,- menaiki kapal express. Untuk selengkapnya mengenai penyeberangan dapat disimak disini ya.

Sesampainya di seberang pulau, kita bermalam di daerah Kalianda sehingga pagi harinya bisa ke pantai. Coz lama nggak ke pantai. Waktu di pantai, travelmate kepikiran buat mampir tempat kating di daerah Tubaba dan malamnya nginep disana. Thank you Mas Afriz yang udah bersedia jadi guide dan mau direpotin sama kita.

Dari Tulang Bawang Barat lanjut ke Palembang. Mulai perjalanan ini badan terasa capek. Sehingga sesampainya di Palembang cuma mampir ke Jembatan Ampera dan nyicipin kuliner khasnya yaitu Martabak Har yang dibeli disebelah hotel dimana kita menginap. Nggak lupa juga empek-empek Candy yang dibeli via go food. 😀

Hotel tempat kita menginap di Palembang ini melakukan layanan sesuai dengan protokol kesehatan dimana ketika antri ambil makanan menerapkan jarak aman dan makanan yang biasanya diambil secara prasmanan diganti dengan diambilkan oleh pramusaji. Tips sarapan ala kita waktu di hotel adalah datang diawal waktu dimana belum terlalu ramai.

Setelah sarapan lanjut tancap perjalanan ke Jambi. Sampai di Jambi kita nemu ada penjual duren tapi sayangnya nggak mampir. Jadilah kita pesen go-food aja sate padang karena udah laper. Masih laper? Lanjut go-food pempek!

Jembatan Ampera Palembang
Jembatan Ampera Palembang

Please baca sampai selesai ada cerita seram! Waktu nginep disini hawanya nggak ada yang aneh tapi begitu nglilir alias kebangun tengah malam karena lapar ketika melihat ke arah meja, aku terkejut karena mangkok empek-empek yang belum tersentuh raib. Tak disangka, pelakunya adalah si gendut bukan tuyul! Oh no.. Oh no.. Oh no no no no no… (ngaku yang baca sambil nyanyi)

Di Jambi, penginapan yang kita pilih tidak menyediakan sarapan jadi lanjut jalan subuh. Kurang beruntungnya adalah sebelum sampai Jembatan Sungai Batanghari eh mobil rewel. Akhirnya cari bengkel dulu. Tapi nggak mengecewakan karena bikin kita nemu kuliner enak dan murah “Dendeng Batokok” seharga Rp 12.000,-. Kita juga meet up sama Pak Yudi dari Club Mercy Jambi yang sudah bantu mencarikan bengkel.Selain kenyamanan ketika beristirahat, keberadaan parkir mobil juga menjadi faktor menentukan dalam memilih penginapan saat touring. Tarif penginapan dengan fasilitas tersebut bisa kita temukan mulai dari Rp 160.000,-. Berikut pengeluaran penginapan kita selama perjalanan ini:

  • Penginapan di Kalianda, Lampung 100.000
  • Penginapan di Amaris, Palembang (termasuk sarapan) 305.000
  • Penginapan di Hotel Pinang, Jambi 134.000

Kalau kalian pengen hemat atau kejar waktu bisa aja bablas langsung sampai ke ujung pulau Sumatera setelah penyeberangan bila fisik dan kendaraan dalam kondisi baik. Dengan adanya tol sumatera, waktu perjalanan yang dibutuhkan sudah semakin singkat walaupun tol baru sampai Palembang. Sisanya masih dalam proses pembangunan dan semoga dapat segera rampung ya. Mari kita amiin kan…

Travelmate jadi sopir tunggal yang sepertinya sudah terlihat handal dan menguasai medan jalan. Lihai menyalip truk dan menyetir sampai 16 jam lebih (pagi-siang-dini hari) layaknya sopir travel, wkwkwk…

Bahan bakar mesin

Kendaraan bermotor tentu butuh bahan bakar biar bisa jalan, nggak perlu dijelasin sih ini sebenarnya. Tapi kalian penasaran nggak kira-kira berapa estimasi biaya yang dibutuhkan untuk membeli BBM selama perjalanan? Langsung kita kasih nih gambarannya!

  • Isi di Jogja 400.000
  • Isi di Tegal 407.500
  • Isi di Alam Sutera 353.000
  • Isi di Menggala KM 234 500.000
  • Isi di Sungai Lilin 275.000
  • Isi di Muaro Jambi 267.000
  • Isi di Belilas 288.000

Total untuk BBM menggunakan Pertamax yaitu sekitar Rp 2.490.500,-

Segini dulu ya! Gimana nih setelah menyimak sedikit cerita touring kita ini, apakah kalian tertarik untuk mencobanya juga?

Rekomendasi Kuliner di Jogja – Ikan Bakar Bumiayu

Bingung pengen makan sore apa? Suka ikan bakar? Sendirian ataupun sama pasangan nggak perlu bingung menentukan pilihan! Warung Makan Bumiayu adalah pilihan yang tepat untuk dikunjungi.

Warung ini terletak di Jl. Gambiran No.90, Giwangan, Umbulharjo, Yogyakarta. Cukup mudah untuk menemukan keberadaannya karena letaknya yang berada di tepi jalan. Buka mulai pukul 17.00, nggak sampai 3 jam biasanya udah langsung ludes. Terkadang baru jam 18.00 juga sudah habis. Lebih baik untuk datang saat baru buka karena pilihan ikannya masih komplit.

Warung yang terlihat sederhana ini memang tidak terlalu luas namun selalu ramai oleh pengunjung. Saat pandemi seperti ini juga ramai duduk berjarak, pengunjung silih berganti. Tersedia tempat makan di dalam dan di luar warung. Untuk yang di luar warung ketika hujan tetap akan teduh karena diberi atap.

Disini kalian memilih sendiri ikan mana yang diinginkan, rasanya pengen borong karena ikan yang ada masih segar semua. Ikan yang biasanya tersedia diantaranya cakalang, ayam-ayam, dan aneka ikan laut serta tawar lainnya. Selain ikan, terkadang tersedia juga cumi. Setelah kita memilih ikan, ikan tersebut baru dibakar. Jadi memang fresh from the bakaran.

Harga ikan bakar mulai dari Rp 25.000,- sudah dapat lalapan dan sambal yang juga nggak kalah nikmat melengkapi sajian. Kalau makan ditempat biasanya dilengkapi beberapa jenis sambal seperti tomat, kecap, dan lombok hijau. Nasi tersedia dalam 2 pilihan yaitu nasi putih dan nasi uduk yang dibakar.

Kalian harus cobain nasi uduk bakarnya yang gurih. Nasi bakar hangat dan ikan bakar dicocol sambal lombok hijau. Masukin ke mulut dan rasakan kenikmatan sore hari yang hangat. Ditambah kamu ada disamping aku jadi lebih manis, ah mantap.. 😛

Disini juga tersedia gorengan dan yang khas adalah tempe mendoan. Untuk minumnya tersedia teh, jeruk, dan aneka minuman sachet seperti nutrisari, milo, pop ice, dan sejenisnya.

Udah ah, bikin laper… Langsung aja datang ke TKP untuk membuktikan sendiri kenikmatan ikan bakar yang segar. Semoga menjadi rekomendasi yang tepat buat kalian!

Berburu Durian Bukit Menoreh di Central Durian Mbok Lemper

Ke Jogja pada bulan Februari ini? Jogja lagi musim durian lho. Buat kalian pecinta durian, jangan sampai kelewatan untuk mencicipi nikmatnya raja buah yang satu ini. Dimana dapat menemukan durian khas Jogja? Central Durian Mbok Lemper pilihannya!

Central Durian Mbok Lemper adalah salah satu tempat alternatif yang bisa teman-teman kunjungi untuk mencicipi jenis durian dari Bukit Menoreh. Warung ini berada di Desa Banjaroya, Kalibawang, Kulon Progo. Letaknya agak masuk daerah pemukiman penduduk, walaupun begitu tidak sulit untuk menemukan keberadaannya. Dari Rest Area Pasar Bendo masuk aja lurus ikuti jalan.

Saat memasuki Rest Area Pasar Bendo, pengunjung dapat melihat pohon durian berkualitas dari daerah tersebut yang berdiri tegak. Jangan kaget atau bingung ya kalau melintas di sekitar rest area ini karena memang banyak pedagang di pinggir jalan yang juga menawarkan durian.

Central Durian Mbok Lemper ini tidak pernah sepi oleh pengunjung. Kemarin saat kami kesana ternyata durian habis karena sudah diborong oleh Pak Kapolda untuk sangu gowes. Kami pun rela menunggu sekitar 2,5 jam dan terlihat banyak pembeli yang kecelik selama kami menunggu.

Yang saya suka dari Durian Mbok Lemper adalah durian dengan buah berwarna kuning karena buahnya tebal dan rasanya manis. Kalau orang-orang terbiasa memilih sendiri durian mana yang ingin dibeli, kami lebih senang dipilihkan oleh pedagangnya.

Tinggal bilang saja ingin dicarikan yang manis atau yang ada pahit-pahitnya. Bila pedagang sudah mendapatkannya, kita akan diminta untuk mencicipi: apakah rasanya sudah sesuai? Apabila sesuai bisa diambil untuk selanjutnya dibelah. Namun bila tidak sesuai akan dicarikan lagi.

Pada tahun ini, buah durian yang ada besar-besar sehingga harganya dibandrol mulai dari Rp 60.000,-. Setahun yang lalu, kami dapat menemukan durian dengan buah yang kecil dan ditawarkan dengan harga lebih murah yaitu mulai dari Rp 25.000,-.

Saat membeli durian, kami biasa tidak lupa membawa tupperware (wadah makan) untuk membawa pulang durian yang enak tanpa membawa kulitnya, hweheeee… Sekali datang juga langsung beli dalam jumlah lumayan sampai bakulnya hafal. 😀 Karena jarak dari tempat tinggal ke central durian ini juga jauh, sayang kan kalau jauh-jauh tapi belinya cuma dikit.

Selain itu, kalau dibawa pulang juga bisa diolah dalam pembuatan makanan lain seperti sambal durian/tempoyak, bubur ketan, es durian, dan lainnya, sesuai dengan selera teman-teman.

Selain menawarkan durian khas dari Bukit Menoreh, Central Durian Mbok Lemper juga menjual bibit pohon seperti Durian Musang King dan alpukat mentega. Untuk bibit Durian Musang King paling cepat dapat berbuah setelah berumur 6 tahun. Harga bibit buah ditawarkan mulai dari Rp 250.000,-. Tertarik untuk memiliki bibit tersebut? Lumayan lho buat investasi masa depan.

Kenalan Sama Cleansing & Treatment Device – Foreo Luna 3

Bagi teman-teman beauty enthusiast, Foreo Luna tentunya sudah tidak terdengar asing. Produk kecantikan asal Swedia yang merupakan alat pembersih wajah ini ramai di-review oleh beauty vlogger karena kemampuannya yang membuat rutinitas membersihkan wajah menjadi praktis dan menyenangkan.

Kenapa begitu? Yuk intip sedikit pembahasannya disini.

Foreo mulai dirilis pada tahun 2013. Saat ini, gadget kecantikan tersebut telah rilis dengan seri terbaru yaitu FOREO LUNA 3. Device cleansing ini dapat mengangkat debu dan sel kulit mati serta membersihkan wajah secara mendalam hanya dalam waktu 1 menit. Selain membantu dalam membersihkan wajah, Foreo Luna 3 juga dilengkapi untuk treatments (pijat wajah).

My Foreo Luna 3

Kelebihan Foreo Luna 3 

  1. Baterai dapat bertahan lama. Untuk sekali charging kabarnya dapat dipakai hingga 650 kali. Saya sendiri belum pernah menghitung ya, :D. Namun dari pertama kali unboxing, baterai sudah terisi 2 bar kemudian saat dipakai untuk cleansing dan treatment berkali-kali masih awet/belum perlu di-charge.
  2. Memiliki 2 sisi yang berfungsi dalam proses pembersihan dan treatment wajah. Dalam proses tersebut terdapat panduan dalam aplikasi. Tentunya sangat membantu terutama pengguna baru.
  3. Ukuran device pas ditangan dan tidak merepotkan untuk dibawa traveling.
  4. Apabila pada device lain diperlukan ganti brush untuk waktu tertentu dalam pemakaiannya, Foreo Luna 3 ini tidak perlu.
  5. Kalau kalian termasuk orang pelupa, ada fitur Find My Device yang juga dapat membantu dalam menemukan gadget Foreo Luna 3 saat dibutuhkan. Fitur ini dapat berfungsi apabila smartphone yang terinstall aplikasi Foreo dan Foreo Luna 3 masih dalam jangkauan terhubung bluetooth.

Bagi kalian yang tertarik untuk memiliki Foreo Luna 3 atau series Foreo lainnya dapat melakukan pembelian di Sephora secara online melalui website atau langsung datang ke outlet Sephora yang ada di kota tempat tinggal kalian.

Hal yang perlu diperhatikan sebelum membeli Foreo Luna 3 adalah ketahui jenis kulit kita. Foreo Luna 3 tersedia untuk kulit normal (berwarna merah jambu), kombinasi (berwarna biru), dan sensitif (berwarna ungu). Perbedaan dari varian Foreo Luna 3 selain pada warna device terletak pada design brush pembersih.

Untuk kulit normal terdapat brush besar pada bagian ujung, untuk kulit kombinasi brush besar, sementara untuk kulit sensitif brush kecil.

Menentukan jenis kulit ini memang agak susah gampang mengingat kondisi kulit bisa saja berubah. Kulit saya sendiri terkadang kering dan terkadang kombinasi. Dalam pembelian Foreo Luna 3 ini, saya memilih tipe untuk kulit sensitif. Ada yang menyarankan kalau mau lengkap lebih baik pilih untuk tipe kulit normal karena dilengkapi 2 jenis brush. Pilihlah sesuai kebutuhan kalian ya!

Foreo Luna 3 (sisi untuk treatments)

Tried & Tested Foreo Luna 3
Penggunaan gadget ini memang sangat membantu dalam membersihkan wajah dan efeknya langsung terasa yaitu kulit terasa bersih dan lebih halus. Kemudian kalau mau treatment/pijat wajah nggak perlu ke luar rumah, tinggal duduk manis dan nyalakan Foreo Luna 3. Dengan bantuan petunjuk step by step yang ada pada aplikasi Foreo, sangat memudahkan proses pijat wajah. Terdapat 4 fitur/panduan pijat wajah yang tersedia yaitu

  • Eyes On The Prize (fokus pada pengencangan mata dan alis),
  • Nothing But Neck (fokus pada pengencangan leher),
  • Countour Crazy (fokus pada pengencangan pipi dan rahang serta melepaskan ketegangan melalui leher),
  • dan Magic Mouth (fokus pada pengencangan garis leher dan rahang).
Fitur yang tersedia pada Foreo Luna 3

Tips!

Bagi kalian yang belum pernah melakukan pembelian di Sephora, silahkan download aplikasi pada Playstore untuk pengguna Android. Dapatkan diskon 10% untuk pertama kali pembelian dengan memasukkan kode APP10. 

Kalau harga Foreo Luna 3 Rp 3.199.000,- jadi dapat diskon 319.900 sehingga menjadi Rp 2.879.100,-. Lumayan kan? Berdasarkan pengalaman berbelanja online di website Sephora bisa dapat bonus sample. 

Dalam pembelian Foreo Luna 3, kita akan mendapatkan charger dan tas serut kecil serta bonus serum dalam sachet.

Menyusuri Napak Tilas Datuk Laksmana Raja DiLaut di Bukit Batu, Bengkalis

Laksmana Raja Dilaut
Bersemayam di Bukit Batu

Siapa yang tak kenal dengan penggalan lirik lagu populer yang didendangkan oleh Iyeth Bustami ini? Tau kah teman-teman, kalau ternyata sosok tersebut memang nyata bukan hanya fiksi.

Laksmana Raja Dilaut adalah gelar yang diberikan oleh Raja Siak kepada seorang yang mengamankan pesisir pantai di Selat Malaka. Terdapat empat Datuk Laksmana Raja Dilaut yang mendapat tanggungjawab atas hal tersebut yaitu Datuk Ibrahim, Datuk Khamis, Datuk Abdullah Shaleh, dan Datuk Ali Akbar.

Peninggalan dari Datuk Laksmana Raja Dilaut dapat dijumpai di Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Peninggalan tersebut berupa kediaman Datuk Laksmana Raja Dilaut IV yang berada di Desa Sukajadi. Saat ini, rumah berbentuk panggung dengan ornamen khas Melayu tersebut masih ditinggali oleh keturunan datuk.

Rumah Datuk Laksmana Raja Di Laut IV
Rumah Datuk Laksamana Raja di Laut IV

Tak jauh rumah tersebut, juga terdapat peninggalan lain dari Datuk Laksmana Raja Dilaut IV yaitu Masjid Jami Al Haq. Di komplek masjid inilah dapat dijumpai tempat peristirahatan terakhir Datuk Laksmana Raja Dilaut III dan IV.

Masih belum puas berkunjung ke kediaman dan tempat semayam Datuk Laksmana Raja Dilaut, satu lagi yang tidak boleh terlewatkan adalah “Kampung Terapung” di Desa Bukit Batu Laut yang menjadi awal dari tempat tinggal/pemukiman masyarakat Melayu. Di tempat ini, kalian juga dapat melihat meriam kuno yang menjadi senjata  Datuk Laksmana Raja Dilaut untuk mengamankan wilayah pesisir. Benda tersebut juga menjadi bukti pengabdian datuk terhadap Kerajaan Siak.

Untuk sampai ke tempat bersejarah ini dari Istana Siak dibutuhkan waktu perjalanan kurang lebih 3 jam. Sementara dari Kota Sungai Pakning berjarak sekitar 35 km yang dapat ditempuh dengan waktu 1 jam perjalanan.

Apabila teman-teman ini berbelanja kain songket di Bukit Batu dapat dijumpai hasil kerajinan tenun tradisional terkenal yang disebut Tenun Lejo. Dulunya bahan kain songket disini adalah benang sutera diselingi dengan benang emas dan perak. Namun dikarenakan bahan tersebut mahal maka benang sutera digantikan dengan benang kapas. Keunggulan dari Tenun Lejo dibandingkan dengan tenun yang ada di Provinsi Riau adalah menawarkan keragaman motif. Harga kain songket mulai dari Rp 350.000,-. Variasi harga yang ditawarkan tergantung dari bahan dan motif.

Dari lagu yang dibawakan oleh Iyeth Bustami dan adanya tapak tilas ini kita dapat mengetahui bahwa Laksmana Raja Dilaut pernah hidup sebagai penguasa Laut Riau dan menjadi bagian penting dari Kerajaan Melayu Siak Sri Indrapura.

hanya sebuah catatan kecil